Mendaki Gunung Buthak #2: Bertemu Penunggu Savanna Buthak!
Hari kedua Pendakian Gunung Buthak diawali dengan cuaca yang
cukup bersahabat. Setelah semalaman diterjang hujan dan angin gelebug, kini cuaca begitu mestakung.
Semesta Mendukung!
Di hari sebelumnya kami telah mendaki sekitar 5 jam
perjalanan. Sehingga estimasi waktu perjalanan ke Savanna Buthak yang
membutuhkan waktu 8 jam kira-kira dapat ditempuh sekitar 3 jam lagi. Oleh
karena itu, kami tidak terburu-buru melanjutkan perjalanan. Yang artinya, kami
leyeh-leyeh dulu di camp. Hehehe!
Pagi itu kami hanya mengisi tenaga dengan sarapan beberapa
potong biskuit dan roti saja. Faktor air menjadi pertimbangan. Persediaan air
yang kami bawa tinggal sedikit. Kalau kami gunakan untuk masak, kami bakal kekurangan
air saat di perjalanan ke savanna. Mana masih 3 jam perjalanan lagi, cukup
berat dengan medan yang menanjak seperti ini.
Ketika waktu menunjukkan jam 10 lebih 30 menit, kami baru
memulai pendakian. Seperti hari sebelumnya, sepanjang pendakian kami hanya
ditemani oleh orkestra musik yang berasal dari alam. Suara hembusan angin
(bukan angin gelebug), suara burung
yang saling bersautan hingga suara sejenis kera yang terdengar dari kejauhan.
Tak ada pendaki lain yang kami temui.
Perjalanan semakin berat ketika medan terus menanjak dan persediaan
air kami mulai menipis. Sungguh, medan yang berat ditambah cuaca yang cukup
panas membuat saya begitu dehidrasi. Ingin sekali rasanya meminum habis 1 botol
minum pada satu tegukan. Namun saya harus berhemat air, karena perjalanan masih
panjang.
Mulai lelah
Bu Risma alias Mbak Rara memanjatkan do’a ketika kami sedang
berada di kondisi haus dan lapar namun serba salah kalau mau makan atau pun
minum. Mau minum tapi lagi berhemat. Mau makan nantinya malah seret dan
ujung-ujungnya harus minum juga. Tak lama setelah Bu Risma berdo’a, kami
menemukan harta karun! Dan ini bukan harta karun sembarangan, karena ini
mempengaruhi keberlangsungan pendakian kami.
Setelah berjalan cukup lama, kami menemukan ciplukan. Itu lah yang menjadi harta
karun bagi kami. Kami menemukan pengganti makan dan minum dalam satu paket.
Namanya juga buah, kan berair tuh. Sehingga rasa lapar dan haus sekaligus bisa terkendali.
Mulai dari situ hingga sepanjang perjalanan ke savanna, kami menemukan banyak
pohon ciplukan meskipun kebanyakan buahnya belum matang. Tapi yang masih mentah
pun tetap saya lahap saking ketagihannya. Meski rasanya asem-asem seger gimana
gitu. Hahaha! Kalau yang matang rasanya manis kok.
Penampakan ciplukan,
buahnya ada di dalam
Sesaat sebelum mendaki tanjakan terakhir, kami akhirnya
bertemu sekelompok pendaki yang turun. Mereka memberitahu kami bahwa savanna
sudah dekat. Hanya tinggal melewati satu tanjakan terakhir, dan disitulah
savanna Buthak berada. Btw, ternyata mereka mendaki di hari yang sama dengan
kami. Mereka berkata melewati camp kami saat malam hari. Tapi saya, Bu Risma
maupun Bang Gethuk tak menyadarinya. Yah, mungkin mereka lewat saat kami sudah
tidur. Mungkin.
Tak lama setelah mendaki tanjakan pamungkas, kami melewati
jalan setepak yang kanan kirinya adalah pohon edelweiss. Namun pohon edelweiss
tersebut tidak berbunga, mungkin karena belum musimnya. Dan ketika keluar dari
kawasan edelweiss, sampailah kami di savanna! Saya senang bukan kepalang!
Selain karena itu adalah target kami yang gagal di hari sebelumnya,
pemandangannya sungguh mengagumkan. Sebuah savanna di dekat puncak yang
dikelilingi oleh hutan. What a wonderful savanna!
That’s so awesome,
huh?
Namun dibandingkan target yang
tercapai atau panorama savanna, yang paling saya syukuri adalah keberadaan
sumber air! Sumber air yang melimpah menjadi berkah tersendiri bagi kami yang
sepanjang perjalanan dilanda penyakit lapar dan haus. Begitu sumber air su
dekat, saya langsung mengisi botol dan minum air sampai kembung. Huahahaaa…
balas dendam.
Airnya
melimpah, katanya sih nggak bakal habis
Rencana awal kami mendaki 2 hari
1 malam bertambah menjadi 3 hari 2 malam akibat di hari sebelumnya kami
bermalam di tengah perjalanan. Untungnya logistik yang kami bawa cukup banyak. Malah
kami inginnya nambah lagi menjadi 4 hari 3 malam kalau logistiknya memenuhi.
Selain itu suasana yang sepi pendaki menjadikan savanna itu sungguh nyaman.
Ipok
dulu sam!
Kami mendirikan tenda di dekat
sumber air. Selagi saya dan Bang Gethuk membangun camp serta Bu Risma bagian memasak,
saya baru menyadari kalau bukan hanya ada kami bertiga di sana saat itu.
Rupanya di dekat situ ada penghuninya yang sudah lama tinggal! Sungguh saya
nggak berbohong! Saya tidak menduga bakal bertemu dengan penunggu Savanna Buthak. Mereka ada banyak, mungkin sebuah keluarga. Rumah mereka berada di dekat sumber air, tak jauh dari tempat kami mendirikan tenda. Mereka berlarian
dengan sangat cepat. Pandangan saya bahkan tak bisa mengikutinya. Perawakan
mereka kecil. Memiliki ekor dan tubuhnya berbulu. Ya iya atuh, da mereka teh keluarga
tikus euy! Hehehe…
Hari itu kami habiskan dengan
bersantai di savanna. Istirahat satu malam untuk esoknya melakukan summit
attack ke puncak Buthak yang hanya butuh sekitar 30 menit perjalanan saja dari
savanna. Malamnya ketika kami hendak beristirahat, kami kedatangan 2 pendaki
lain yang berasal dari Kediri. Akhirnya kami tidak hanya ditemani oleh keluarga
tikus :))
Sisa
makanan jadi jatah keluarga tikus
Besoknya, sekitar jam 5 pagi kami
mulai mendaki ke puncak Buthak. Hanya kami bertiga yang naik. Sedangkan 2 orang
pendaki dari Kediri memilih menunggu cuaca cerah. Ya, pagi itu meski matahari
sudah mulai muncul. Namun sinarnya terhalang oleh awan. Cuaca pagi itu berkabut.
Namun kami tetap memutuskan untuk muncak, siapa tahu kalau sudah sampai puncak
cuaca aka membaik.
Hutan
sebelum puncak
Perjalanan ke puncak cukup cepat.
Seperti yang dikatakan orang-orang. Setelah 30 menit mendaki, kami sampai di Puncak
Buthak! Di puncak kami hanya bisa melihat layar putih berukuran raksasa di
sekeliling kami. Ya, kabut! Meski begitu kami tetap bersyukur karena berhasil
sampai ke salah satu puncak dari Pegunungan Putri Tidur ini. Berfoto dititik
triangulasi dengan papan yang bertuliskan G. Buthak 2868 mdpl merupakan
selebrasi kecil yang dapat kami lakukan sebagai hasil perjuangan kami sampai ke
puncak.
Puncak
Buthak!!!!!
#supportaksa7
Big
white screen
Berharap cuaca membaik, kami
memutuskan menunggu di puncak sambil ngopi dan berkeliling di sekitar puncak.
Namun setelah 2 jam menunggu, kabut tetap menyelimuti Buthak. Ditambah air yang
jatuh dari kabut tersebut membasahi pakaian kami, lama-kelamaan hawanya menjadi
dingin. Karena cuaca yang tak kunjung cerah, kami memutuskan untuk turun
kembali ke camp.
Sekitar 2 – 3 rombongan pendaki berdatangan
tak lama setelah kami turun dari puncak. Niat hati mau camp semalam lagi, kami
urungkan karena suasana pastinya bakal semakin ramai. Sesuai dugaan saya, mau
Panderman mau Buthak, saat weekend tiba keduanya sama-sama akan ramai
dikunjungi pendaki. Apalagi ketika kami melakukan perjalanan turun, kami
bertemu buuaaanyak banget rombongan pendaki yang naik menuju Buthak.
Yah, meski begitu semoga saja
para pendaki tersebut sadar akan keberadaanya di gunung. Bahwa gunung bukanlah sekedar
tempat bagi mereka untuk menikmati keindahan alamnya saja, lebih dari itu
mereka harus menjaga dan melestarikannya juga.
Banyak
sarang spiderman pas ke puncak
Hayo
dari semak-semak abis ritual ya
Buthak
suante sayang
Kabut
tipis turun pelan-pelan
0 comments: