Piknik Sebentar di Gili Nanggu
Biasanya ketika tiba di bulan
Juli – Agustus yang bertepatan dengan libur semester, saya pasti mendaki
gunung. Salah satunya Gunung Ciremai. Mendaki gunung yang berada di belakang
rumah ini sudah seperti agenda wajib bagi saya selama 4 tahun terakhir. Tapi
tidak untuk tahun ini. Rasa-rasanya sekarang saya tidak terlalu tertarik naik
gunung. Beda sama dulu yang emang lagi rajin-rajinnya. Ada waktu kosong, selalu
bikin planning untuk hiking.
Untuk bulan Juli – Agustus tahun
ini, saya stay di Lombok. Bukan mau mendaki Gunung Rinjani, tapi saya sedang
KKN. Ya, magang. Meski tujuan utamanya adalah magang, tapi yah ada juga tujuan
terselubung. Explore Lombok! Apalagi saya di sini 2 bulan. Sayang banget kan
kalau nggak dimanfaatkan. Hehe!
Sampai di Mataram 2 hari sebelum
masuk magang, tentunya saya nggak bisa berdiam diri begitu saja. Bersama
Saifud, Yogi dan keluarganya, kami pergi berwisata ke Gili Nanggu. Btw, untuk
beberapa saat saya dan Saifud numpang dulu di rumah Yogi yang emang asli
Mataram. Jam 10 pagi, kami berangkat dengan mobil yang disupiri oleh Mas Eko
(kakaknya Yogi).
Berangkat!
Sekitar 2 jam perjalanan, kami
sampai di daerah Sekotong tempat penyebrangan ke Gili Nanggu. Selain Gili Nanggu,
ada 2 gili (pulau) lain yang berjejer. Yaitu Gili Sudak dan Gili Kedis. Namun,
kebanyakan wisatawan lebih memilih ke Gili Nanggu. Ukuran pulaunya yang lebih
besar dan tersedianya fasilias seperti home stay, mushola dan resto menjadi faktor
utamanya. Apalagi Gili Kedis yang keseluruhan pulaunya saja dapat dilihat
saking kecilnya.
Untuk menyebrang ke gili-gili
tersebut, harus menyewa perahu seharga 250K – 300K untuk pulang pergi. Pintar-pintar
nawar aja sih, tapi paling mentok kayaknya 250K. Perahunya sendiri muat untuk
10 – 15 orang. Jadi kalau mau hemat, datangnya rame-rame atau cari barengan di
sana. Di situ juga bisa menyewa alat snorkeling seharga 25K/set yang terdiri
dari snorkel + masker + life jacket/fins. Meski sebenarnya di Gili Nanggu juga
ada yang menyewakan, tapi “katanya” sih lebih mahal.
Renang-renang pinggir
pantai
Piknik sekeluarga
Saat menginjakkan kaki di sana,
pasirnya putih dan begitu lembut seperti bedak bayi. Puluhan orang sudah terlihat
di berbagai sudut pulau. Ada yang snorkeling, renang-renang di pinggir pantai,
foto-foto selfie sampai yang piknik makan bareng sekeluarga menikmati quality
time-nya masing-masing. Kami sendiri langsung mencari lapak begitu sampai di
pulau.
Tanpa babibu kami langsung terjun
ke laut untuk bersnorkeling. Nggak perlu jauh-jauh, di sisi bagian timur pulau
bisa menyaksikan kehidupan bawah lautnya. Beberapa meter dari pinggir pantai,
saya bisa melihat berbagai terumbu karang beserta ikan-ikannya yang penuh
warna. Namun sayang, pada beberapa titik, terumbu karangnya sudah banyak yang
rusak. Airnya juga keruh karena tercampur dengan pasir yang terangkat ke
permukaan. Pandangan dari masker jadi tidak begitu jernih. Harus berenang ke
daerah yang rada dalam untuk bisa melihat pemandangan bawah lautnya dengan
leluasa.
Terumbu karangnya
Ikan-ikannya
Pada beberapa titik, terdapat tempat
untuk transplantasi terumbu karang berbentuk kerangka rumah-rumahan yang
terbuat dari besi. Yang berfungsi untuk budi daya terumbu karang. Banyak
ikan-ikan yang berenang di sekitar media transplantasi tersebut. Tempat berdirinya
media berada pada kedalaman sekitar 5 meter. Terlihat sangat dalam bagi saya
yang nggak mahir berenang. Bisa sampai situ saja sebuah peruntungan karena laut
yang mulai surut. Dengan ujung media yang melewati permukaan air, saya bisa bertahan
cukup lama di situ dengan berpegangan. Entah kalau lagi pasang, mana berani
saya renang ke situ. Secara letaknya cukup jauh dari pinggir pantai, apalagi
saya nggak pakai pelampung. Apa daya, mending main pasir aja deh.
Tempat Transplantasi
terumbu karang
Selain asyik untuk snorkeling, di
Gili Nanggu juga bisa melihat penangkaran penyu. Terdapat 8 kolam yang
masing-masing berukuran sekitar 2x1.5 meter. Tiap kolam di kelompokkan
berdasarkan umur penyu. Mulai dari yang sebesar genggaman tangan hingga yang lebih
gedean lagi. Sebenarnya saya ingin muterin Gili Nanggu. Luasnya yang nggak
terlalu besar membuat saya penasaran untuk mengelilinginya. Namun, karena saya
ke sana bareng keluarganya Yogi. Nggak enak juga berlama-lama, sedangkan mereka
udah bersiap untuk pulang.
Sebelum pulang, kami mengitari
Gili Sudak dan Gili Kedis dulu dengan perahu yang kami sewa sebelumnya. Ternyata
Gili Kedis memang benar-benar berukuran mini. Pohon yang tumbuh di sana dapat
dihitung oleh jari. Selain itu, terdapat kursi-kursi untuk bersantai dan gubuk
untuk berteduh. Hanya ada sedikit orang yang berada di sana. Sepertinya menarik
untuk merapat dan bersantai di sana. Tapi sekali lagi, saya nggak lagi solo
traveling. Jadi yah mungkin next time bakal balik lagi untuk memuaskan rasa
penasaran saya yang menggebu.
Penyu-penyu yang lucu
Gili kedis
Ini perjalanan pertama saya di
Lombok. Saya masih berada di sini selama 2 bulan ke depan. Tentunya saya bakal
menjelajah Pulau Seribu Masjid ini selagi ada kesempatan. So, nantikan cerita
saya berikutnya di Lombok. Karena ini baru permulaan. Ehehe!
Yosh!
0 comments: