Berlari Mengejar Sunset di Pantai Gading
Pantai Senggigi, Kuta Lombok,
Tanjung Aan dan pantai-pantai tenar lainnya memang banyak digandrungi wisatawan
lokal dari luar Pulau Lombok. Bahkan dari berbagai penjuru dunia. Namun nggak
semua pantai di Lombok begitu, misalnya Pantai Gading. Bukan, bukan nama negara
di Afrika yang melahirkan pemain bola ternama Didier Drogba. Tapi ini beneran
pantai. Nggak tau kan? Padahal ini ada di Lombok lho. Tepatnya di daerah
Pagutan, Mataram.
Kalem, awalnya saya pikir juga
itu nama negara. Wajar sih, pantai ini jarang terekspos di social media.
Sebenarnya pantai ini ramai, apalagi kalau weekend. Tapi yang bikin ramai itu bukan
orang jauh, alias pribuminya sendiri. Orang Lombok juga
kan manusia, mereka butuh piknik biar. Nah, Pantai Gading ini lah
yang jadi destinasi mereka di Lombok. Khususnya yang tinggal di daerah
Mataram.
Jogging di pantai asyik
Saya tahu keberadaan pantai ini
karena selalu melewatinya saat berangkat maupun pulang dari tempat magang. Letaknya
berada sekitar 100m dari jalan raya. Posisinya yang berada di sisi bagian barat
Pulau Lombok menjadikannya spot yang tepat untuk menyaksikan sunset. Tapi saya
mau menikmatinya dengan cara yang berbeda.
Kalau ke pantai itu kan biasanya parkir
motor, jalan sedikit, udah deh sampai di pinggir pantai. Beda kalau naik gunung
yang butuh perjuangan untuk sampai puncak. Sehingga ada rasa syukur, puas dan
lega ketika berhasil mencapainya. Nah maka dari itu, supaya ke pantai ada
rasa-rasa seperti itu saya putuskan untuk jogging. Setelah seminggu bolak-balik
kos – tempat magang, menurut perkiraan saya, jarak dari kos ke pantai
nggak begitu jauh dan juga nggak deket-deket amat. Jogging adalah pilihan yang
tepat. Itung-itung olahraga.
Untuk memastikan jalannya, saya
buka google maps sekalian pengen tahu jarak dari kos – pantai berapa kilometer.
Pada google maps saya isi titik awal dengan alamat kos dan tujuannya saya
ketik “Pantai Gading”. Begitu saya enter hasil yang keluar malah lintas benua. Gila aja siapa
yang mau lari dengan jarak segitu jauhnya. Usut punya usut, ternyata titik
destinasi yang terbaca oleh google maps adalah Pantai Gading yang ada di
Afrika! Ngerjain emang nih google maps. Lari marathon aja nggak sampai lintas
benua kan ya.
Kosan ke afrika!
Kemudian saya ganti pakai waze
(semacam google maps). Untunglah si waze ini nggak nyasar ke Afrika. Jarak dari
kos ke pantai pun akhirnya bisa saya ketahui. Jaraknya sekitar 5km, cocok! Jam
4 sore WITA saya berangkat sendiri meninggalkan Saifud yang memilih untuk
molor saat saya ajak.
ini baru bener
Sebelum memasuki jalan raya, saya
harus melewati sebuah kampung yang menurut obrolan Bapaknya Yogi dan
tetangganya bahwa kampung itu dahulu adalah kampung maling. Ya, warga-warganya
nggak punya profesi sehingga memilih jalan yang salah. Tapi itu dulu, sekarang
mereka sudah kembali ke jalan yang benar alias tobat.
Belum berapa lama lari,
ujung-ujung jari kaki saya terasa sakit. Ini kesalahan saya gara-gara nggak pakai
kaos kaki, otomatis kaki langsung bergesekan dengan sepatu tanpa pelindung.
Alhasil kaki saya lecet. Karena perih juga lari sambil nahan luka lecet, saya
sesekali jalan kaki. Pada akhirnya malah banyak jalannya dari pada larinya.
Hahaha!
Leyeh-leyeh dulu
Sesampainya di Pantai Gading,
suasananya ramai banget. Anak muda, orang tua sampai bocah tumpah ruah di
pantai yang garis pantainya cukup panjang ini. Sambil menunggu sunset saya
berkeliling sambil memperhatikan suasana pantai, termasuk apa yang dilakukan
orang-orang di sana. Ada yang renang, main pasir, main kano, main voli hingga
yang pacaran juga banyak. Di pinggir pantai menjauh dari gigir pantai berjejer
pedagang asongan yang menjajakan jajanannya. Ada juga warung-warung makan yang menjual ikan bakar. Dengan jumlah pengunjungnya yang
ramai, saya yakin kalau pantai ini cukup populer bagi orang-orang asli Lombok.
Khususnya yang tinggal di daerah setempat.
Setelah jajan dan berkeliling
pantai, mataharinya tetap nggak mau turun. Sambil menunggu sunset, saya pilih
untuk leyeh-leyeh. Saya tiduran di spot yang rada sepi. Ternyata tiduran di pasir
pantai sambil memandangi langit sore dengan orkestra berupa suara ombak sungguh
membuat pikiran saya rileks. Seolah masalah-masalah yang ada lenyap begitu
saja. Suasana itu benar-benar bikin saya betah berlama-lama.
Rame pisan euy
Main voli pantai
Bisa juga nyangtai
begini
Momen yang saya tunggu-tunggu
akhirnya tiba juga. Senja. Momen yang selalu dirindukan oleh para pencintanya. Sama
seperti momen sunrise yang selalu dirindukan oleh para pencinta ketinggian. Tak
ada kata-kata yang mampu menggambarkan bagaimana indahnya momen tenggelamnya
matahari terjadi. Entah kenapa yang saya pikirkan kalau sunset itu identik
dengan sesuatu yang romantis. Sekarang saya memang hanya sendirian menyaksikan
momen sunset ini. Tapi nanti suatu hari kamu mau yah saya ajak melihat sunset
di pantai? #eeaaa
Pada akhirnya meski kaki saya
lecet-lecet, namun perjuangan saya berakhir manis. Jogging sejauh 5km untuk
mengejar sunset memang nggak seberapa dibanding perjuangan mencari sunrise yang
dilakukan di malam hari dengan waktu yang nggak sebentar. Meski pun keduanya adalah
momen yang berbeda. Namun, ada satu persamaan. Sama-sama istimewa.
Berlayar di bawah
langit senja
sunsetnyaaa
0 comments: