Air Terjun Mangku Sakti Memang Benar-benar Sakti!
Beberapa minggu sudah saya hidup di Mataram dan tiap weekend
selalu mangtai. Namun, lama-lama bosen juga. Karena main ke pantai itu panas,
tapi bukan berarti saya takut item. Justru saya pengen punya kulit
coklat-coklat eksotis gitu. Sebenarnya bisa sih nyebur ke laut biar nggak
panas, tapi air laut itu nggak segar. Mana rasanya asin, nggak bisa diminum. Oleh
karena itu, pada weekend berikutnya saya memilih jalan-jalan ke air terjun.
Yang airnya segar dan bisa diminum. Biar nggak perlu beli air minum lagi gitu. Ehm,
maklum backpacker.
Air terjun yang saya kunjungi adalah Air Terjun Mangku Sakti
yang berada di Sembalun. Dibandingkan dengan Air Terjun Sendang Gile atau Air
terjun Tiu Kelep yang cukup terkenal di Lombok, Mangku Sakti ini merupakan
destinasi yang tergolong baru. Btw, pada perjalanan kali ini Saifud nggak ikut.
Dia pulang ke Lamongan karena ada keperluan keluarga. Biar nggak berduaan
doang, Yogi ngajak temannya. Rudy dan Oky.
Dengan letaknya yang berada di daerah Sembalun, untuk menuju
ke sana membutuhkan waktu setidaknya 3 jam perjalanan dari Mataram. Maka dari
itu saat waktu menunjukkan jam 9 pagi kami berangkat. Perjalanan menuju Mangku
Sakti harus banyak-banyak nanya sama orang. Sebenarnya kalau mau mengandalkan google
maps juga bisa. Awalnya kami juga gitu, tapi dengan minimnya sinyal di sana mau
nggak mau teteup pilihannya cuma bertanya sama warga setempat.
Lewat padang savanna
juga
Namun, nanya sama warga pun nggak semulus yang saya
bayangkan. Di tempat yang perkiraan letaknya masih lumayan jauh dari TKP.
Orang-orang di sana kebingungan saat kami tanyakan arah ke Mangku Sakti. Mereka
taunya Air Terjun Sendang Gile. Tak patah arang, sambil terus maju kami terus
bertanya pada warga berkali-kali. Hingga entah untuk kali ke berapa kami bertanya
dan syukurlah bertemu dengan orang yang tau Air Terjun Mangku Sakti. Kami pun
mengikuti arahan yang dia berikan.
Setelah hampir 2 jam, akhirnya kami tiba juga di… loket masuk
Mangku Sakti. Dari situ masih harus lanjut dengan melewati jalan makadam sejauh
3km. Hadeuh masih jauh, mana harus lewat jalan makadam. Padahal pantat udah
tepos. Oiya untuk tiket masuknya murah, hanya dipatok 5K/orang. Jalan makadam
yang kami lewati bukan jalan makadam biasa. Medannya yang naik turun dan
berbatu memaksa yang dibonceng (saya dan Rudi) harus turun beberapa kali dari
motor. Bukan motornya yang nggak kuat, tapi khawatir bannya pecah. Kalau
terjadi, mau nambal dimana coba? Benar apa yang dibilang Rudi, jalannya horror.
Rasa-rasanya mending jalan kaki daripada naik motor. Capek dikit nggak apa-apa
lah ya.
3 air terjun + bukit
panorama
Harus trekking dulu
Berbagai medan telah kami lalui, mulai dari padang savanna
hingga blusukan ke dalam hutan. Akhirnya! Kami sampai… di parkiran. Duh. Belum
ada tanda-tandanya pula. Dalam hati saya berkata “Ini beneran ada air terjunnya
nggak sih?” Saya menghampiri bapak-bapak paruh baya berumur antara 55 – 60
tahun yang sedang memperhatikan kami. Saya bertanya, “Ngapain lu lihat-lihat?” Bukan,
maksudnya saya bertanya pada beliau apakah ke air terjunnya masih jauh atau
tidak. Dan saya senang ketika mendengar jawaban darinya kalau ke Air Terjun Mangku
Sakti dan Mangku Kodek hanya tinggal 15 menit berjalan kaki. Sedangkan untuk ke
Air Terjun Kuda Sembrani butuh waktu 30 menit, karena arahnya yang berbeda.
Sebelum pergi kami diberitahu oleh bapak itu kalau nggak boleh mandi di Air
Terjun Mangku Kodek. Katanya pernah ada “kejadian”. Saya paham apa yang
dimaksud jadi saya hanya meng-iya-kan tanpa bertanya lebih lanjut.
Seperti yang di bilang bapak yang kami temui, setelah 15
menit trekking AKHIRNYA kami tiba di Mangku Sakti! Kali ini beneran sampai di
TKP. Pemandangan berupa batu-batu besar (yang biasa ditemui kalau di sungai) menyambut
kami. Setelah mendaki batu yang posisinya rada tinggi, saya dibuat takjub dengan
keindahan air terjun setinggi 40m ini. Gimana nggak? Aliran airnya yang mengalir
berwarna hijau tosca dan berpadu dengan ornamen berupa bebatuan sungai
membuatnya terlihat cantik! Usut punya usut, warnanya yang hijau tosca tersebut
berkat kandungan belerang pada airnya. So, untuk yang punya penyakit kulit
(panu, kurap, dll) langung nyebur aja!
Produk lokal yang kuat di Lombok *bukan endorse*
Ada juga yang
menyebutnya dengan Kali Putih
Nggak banyak wisatawan yang datang, hanya ada sepasang bule
yang ditemani oleh guidenya. Itu pun mereka mau pulang ketika kami sampai. Entah
darimana mereka bisa tahu keberadaan air terjun ini. Meski udah pernah di
sambangi oleh host-hostnya MTMA, tapi Mangku Sakti ini tergolong destinasi baru.
Belum begitu terkenal, bahkan warga-warga di sana aja banyak yang nggak tahu.
Spot ini emang fotogenic banget, saat pertama kali sampai
saya reflek jeprat-jepret. Nggak lupa, tujuan utama saya datang ke sana adalah
main air. Udah beberapa kali ngerasain air lautnya Lombok, saya juga ingin dong
merasakan kesegaran air terjunnya. Tapi sayang ada belerangnya, jadi nggak bisa
diminum. Eh. Tapi dengan adanya belerang bisa juga melakukan hal lain. Yaitu
luluran. Ya, luluran pakai belerang. Melihat wisatawan lain luluran, saya
penasaran dan nyobain. Tapi kok jijik-jijik gimana gitu ya, soalnya warnanya kuning-kecoklatan
gitu. Udah kayak eek aja. Ah, bodo amat. Yang penting luluran!
Luluran yang menjijikan
Selain bisa main air dan luluran, bisa juga nyobain rasanya sensasi
dipijat sama air terjun. Dibandingkan pijat++, dipijat sama air terjun rasanya
sungguh greget! Lebih
Pijat-pijat air
terjun
Hanya sekitar 2 jam kami di sana. Dengan perjalanan yang
membutuhkan waktu 3 jam. Kami memutuskan untuk pulang karena takut kemalaman di
jalan. Sungguh, kalau ada waktu banyak, saya ingin menikmati Air Terjun Mangku
Sakti lebih lama lagi. Sekalian explore Air Terjun Mangku Kodek dan Kuda
Semberani yang nggak sempat saya sambangi.
Yogi keasyikan
dipijat
Rudy dan Oky
Salam dari deadpool
0 comments: