Pertama Kali Diving, Telinga Sakit Tapi Ketagihan!
Pagi itu saya too excited, gimana nggak? Hari itu
adalah puncaknya acara Super Journey. Destinasi penutup kami yang merupakan
highlight utama dari Super Journey, Bunaken. Selama kurang lebih 1 jam
menyebrangi laut, kami tiba di Bunaken. Di sana kami akan melakukan scuba
diving. Ini yang ditunggu-tunggu sama semuanya. Meski saya nggak lancar-lancar
amat berenang, tapi saya sangat bersemangat!
Dari resort, kami pergi ke salah satu spot diving
bernama Alungbanua. Sebuah spot yang bisa dibilang tidak seindah Bunaken pada
umumnya. Karena spot tersebut biasa digunakan untuk para penyelam yang baru
pertama kali mencoba diving. Struktur terumbu karang di sana tidak terlalu rapat,
bahkan sebagian besar dasarnya pasir. Jadi nggak perlu khawatir bakal merusak terumbu
karangnya.
Otw Bunaken
Sebenarnya untuk melakukan olahraga scuba diving
butuh license. Tapi karena sebagian
besar belum punya, ada sebuah cara untuk menyelami keindahan bawah laut.
Namanya discovery diving. Dimana para
instruktur atau dive master akan mengawasi kami dengan ketat. Pemilihan spot
yang aman juga menjadi prioritas utama.
Semua perlengkapan menyelam sudah siap. Mulai dari
wetsuit, masker, fin, tabung oksigen, BCD dan alat lainnya dalam kondisi baik
dan aman untuk digunakan. Sebelum nyemplung ke laut, kami diberi arahan oleh
dive master tentang kegunaan tiap alat dan bagaimana cara menggunakannya. Juga
kode-kode tangan yang digunakan sebagai isyarat pada saat menyelam, karena saat
di bawah air nggak bisa ngobrol ya.
Ready to dive!
Kak Prue juga memberitahu cara equalize. Yaitu cara untuk
menyamakan tekanan pada telinga. Karena semakin dalam menyelam, tekanan air
laut akan semakin kuat dan itu membuat telinga menjadi sakit. Caranya seperti
buang ingus tapi sambil mencubit lubang hidung. Equalize ini sangat penting, karena
kalau memaksakan menyelam dengan kondisi telinga sakit tanpa melakukan
equalize, bisa menyebabkan telinga terus-menerus sakit selama berhari-hari.
Setelah mendapat arahan, satu per satu dari kami nyebur
ke laut. Saat yang lain udah pada nyemplung, saya justru masih sibuk
mencari-cari fin yang pas. Karena fin yang sebelumnya saya bawa ternyata udah
di pakai orang. Tahu sendiri ukuran kaki saya paling gede sendiri. Alhasil saya
harus tukeran fin dulu sama yang lain.
Masih pada ngapung dipermukaan
Setelah urusan fin beres, giliran saya pun tiba. Jantung
saya berdebar-debar. Begitu nyebur ke laut, saya langsung tarik nafas dari
regulator. Meski awalnya rada panik, saya bisa nafas dengan stabil setelah
beberapa saat. Ketika saya mengalihkan pandangan ke bawah, yang lain sudah
menyelam lebih dalam lagi. Sebagian masih kesusahan untuk turun lebih dalam,
termasuk saya. Saya malah masih berkutat di permukaan. Untuk bisa tenggelam,
harus melakukan deflate dengan menekan tombol deflator. Yaitu untuk
mengeluarkan udara pada pelampung BCD, jadi bisa tenggelam. Pada prosesnya saya
berhasil turun sampai ke dasar berkat dipandu oleh dive master. Tapi saat
ditinggal dive master, saya ngpapung lagi ke permukaan. Susah banget! Padahal
udah pakai pemberat juga, tapi teteup nggak bisa kelelep.
Ngintip ikan
Temennya Nemo
Semakin lama saya semakin terbiasa meskipun kadang
masih lupa harus nafas dari mulut (bukan hidung). Mempertahankan posisi stabil
di kedalaman tertentu juga susah banget. Saat saya ingin menyelam lebih dalam, badan
saya justru terangkat naik ke atas. Kebanyakan dari kami juga masih belum bisa
mengontrol posisi di bawah air. Hingga kami kadang saling bertubrukan. Kadang ketendang
kaki orang, kejedot tabung oksigen orang. Dan yang paling parah, kepala saya
kejedot kapal saat akan naik ke permukaan.
Dasar laut di bawah kapal berhenti mungkin hanya
sekitar 3 – 4 meter. Tapi kalau lebih jauh lagi, ada sebuah palung yang semakin
jauh semakin dalam. Warna air yang sebelumnya berwarna biru bening, kalau terus
ke palung akan semakin gelap. Saya sempat menyelam sampai kedalaman 9 meter.
Ternyata semakin dalam, aneka terumbu karang dan ikan semakin beragam.
Sayangnya, saya kurang bisa nikmatin pemandangan di bawah laut karena telinga
saya terasa sakit tanpa henti. Karena capek juga melakukan equalize terus-menerus,
saya memutuskan untuk naik ke permukaan. Telinga saya masih terasa mendengung
ketika menginjakkan kaki di atas kapal. Untung saya cepat naik, kalau nggak
gendang telinga saya mungkin udah kenapa-kenapa.
Berusaha menenggelamkan diri
Itu adalah pengalaman pertama kali scuba diving bagi
saya dan langsung nyebur ke laut Bunaken. Sungguh luar biasa. Rasanya saya
ingin mencobanya lagi lain waktu. Ternyata scuba diving bikin nagih, sama kayak
naik gunung. Kesempatan berikutnya sepertinya saya wajib untuk berlatih dan
membiasakan memakai peralatan selam di kolam renang terlebih dahulu. Karena
setahu saya, untuk pemula yang pertama kali diving harus melakukan intro dulu
di kolam renang. Setelah itu baru terjun ke medan sesungguhnya.
OK!
Setelah semua naik ke kapal, kami kembali ke resort
berbarengan dengan matahari yang kembali ke peraduannya. Malamnya kami makan
malam dengan masakan Chef Rahung yang luar biasa lezat. Malam terakhir itu
terasa panjang, kami semua duduk membentuk lingkaran mengobrol obrolan yang
random dan sesekali menggoda Ayu dan Bang Dewe yang dicomblangi. Tidak terasa
saat waktu sudah menunjukkan jam 1 dini hari, kami pun mulai tumbang satu per satu.
Malam berakhir, matahari sudah naik. Saya baru bangun
jam 8 pagi. Sangat telat untuk ukuran bangun pagi. Tapi bukan saya saja yang
bangun kesiangan, kebanyakan dari kami juga baru bangun sekitar jam 8 – 9. Hari
itu adalah hari terakhir kami melakukan petualangan. Snorkeling menjadi kegiatan penutup kami.
Dengan bermodalkan masker, snorkel dan fin kami mulai
berjalan ke arah laut menuju spot snorkeling. Sebelumnya saya pernah snorkeling
di Malang, waktu itu menggunakan life jacket tapi tanpa fin. Dibandingkan
dengan di Bunaken, nggak pakai pelampung juga ternyata tetap ngambang di
permukaan. Pikir saya bakal tenggelam, apalagi saya tidak begitu handal
berenang. Dengan bantuan fin, saya juga tidak perlu mengeluarkan power yang
besar saat berenang.
Snorkeling yuhuu
Awalnya saya hanya berani di daerah yang dangkal,
daerah dimana kaki saya masih bisa berpijak di dasar laut. Tapi semakin jauh
dan semakin dalam varietas biota bawah laut semakin cantik dan berwarna. Mana
yang lain juga berenang ke daerah yang dalam. Saya pun memberanikan diri
berenang ke daerah yang dalam. Dan saya berhasil! Meski rada watir kalau
tiba-tiba saya tenggelam dan nggak bisa naik ke permukaan. Tapi rasa takut itu
tergusur oleh rasa penasaran saya pada keindahan bawah laut yang sangat eksotis
itu.
Sekitar 1 jam snorkeling, kami terpaksa kembali ke
resort karena harus mengejar jadwal keberangkatan pesawat. 60 menit terasa
kurang bagi saya untuk menikmati bawah lautnya dengan bersnorkeling. Keindahan
taman laut Bunaken seolah membius saya, membuat saya candu terhadap kegiatan di
laut. Seperti diving dan snorkeling yang bahkan tidak pernah terpikirkan di
kepala saya sebelumnya. Tidak ada keinginan untuk menikmati panorama bawah
laut. Namun kini, setelah menyaksikan secara langsung cantiknya bawah laut
Bunaken, saya bertekad untuk lebih mengenal Indonesia dari bawah lautnya.
Kak Prue ngibarin banner sponsor
Setelah membersihkan diri di resort, kami mampir ke
Kota Manado untuk makan siang dan membeli oleh-oleh. Kemudian kami menuju
Bandara Sam Ratulangi. Jadwal pesawat saya beda sendiri dengan yang lain. Saya
langsung pulang ke Surabaya, sedangkan yang lainnya tetap ke Jakarta. Jam 5
teng, setelah berpamitan dengan semuanya saya buru-buru check in. Dan ternyata
pesawat lion air yang akan saya naiki itu delay selama 1 jam. Alhasil jadwal
keberangkatan saya hampir berbarengan dengan jadwal teman-teman. Lebih duluan
saya beberapa menit, sih. Mungkin kami memang ditakdirkan untuk berangkat
bareng, pulang pun harus bareng. Makanya jadwal pesawat saya jadi delay. Jam
18.10 saya kembali pamit dengan semuanya. Dan kali itu pesawat saya benar-benar
berangkat dan terbang meninggalkan Manado.
Sungguh 5 hari yang sangat berkesan. Teman baru,
pengalaman baru, perjalanan singkat bersama orang-orang hebat ini tidak akan
saya lupakan. Rasanya saya ingin lebih lama lagi melakukan petualangan bersama
mereka. Kalau diberi kesempatan, tentu saya ingin bertemu mereka lagi,
bertualang bersama, berbincang dan bersenda gurau dengan duduk membentuk
lingkaran sambil makan malam (masakannya Bang Rahung tentunya) di pinggir pantai
seperti yang kami lakukan di Bunaken.
Terima kasih semuanya, semoga kita bisa berjumpa
kembali!
wah ternyata seru juga ya melakukan aktivitas diving pertama kali gt. sampe kejedot sana sini 😂. Ternyata semua harus terbiasa dulu biar bisa
BalasHapusseru banget bang, meski sering kejedot Hahaha
Hapusbtw, makasih udah mampir :)
Keren! Sudah ambil sertifikasi blom nih? agar lebih aman dan nyaman.
BalasHapusyuk gabung dengan kami: www.indonesiamenyelam.com