Mengarungi Derasnya Jeram Sungai Nimanga
Setelah mengerahkan seluruh
tenaga kala melakukan aktivitas rock climbing di Tebing Kilo Tiga, agenda Super
Journey selanjutnya adalah dengan memacu adrenalin dengan ORAD (olahraga arus
deras). Kami akan rafting mengarungi derasnya jeram sungai Nimanga.
Kami tiba di garis start pengarungan
sungai Nimanga di waktu yang tepat. Waktunya makan siang! Sepanjang perjalanan menumpak
elf dari Desa Kilo Tiga, Amurang, ke Desa Timbukar, Minahasa, saya dilanda
kelaparan karena paginya cuma sarapan sepotong sandwich. Biasa orang Indonesia,
nggak bakal kenyang kalau nggak makan nasi. Sesampainya disana ikan bakar
berukuran besar untuk tiap-tiap orang siap untuk disantap. Lalu ada juga
hidangan khasnya, yaitu daging paniki a.k.a batman alias kelelawar. Dan hmm,
rasanya sih seperti daging ayam. Tapi terasa lebih alot.
Sebelum memulai rafting, kami
diberi pengarahan terlebih dahulu oleh instruktur. Tentang bagaimana cara mendayung,
cara duduk pada perahu karet dan juga instruksi yang diberikan skipper pada
saat pengarungan. Alat keselamatan seperti helmet dan pelampung sudah
terpasang, dan masing-masing orang memegang dayung. Saya siap mengarungi
sungai!
diberi pengarahan oleh instruktur
Kami mengarungi sungai dengan 3 perahu.
Masing-masing perahu diisi 5 orang termasuk 1 orang skipper dari operator
raftingnya. Di perahu pertama ada Ayu, Bang Dewe, Bang Rahung dan Bang Bui. Saya
sendiri di perahu kedua bersama Dena, Rico dan Kak Prue. Dan di perahu terakhir
yaitu Alim, Aya, Detha dan Edy. Sedangkan Bang Ian dan yang lainnya bertugas
mendokumentasikan aktivitas arung jeram kami pada titik-titik tertentu
sepanjang jalur sungai.
“Dayung maju”, begitu kata
skipper ketika aliran sungai tenang. Dan “stop” saat perahu sudah mendekati
jeram-jeram yang cukup deras. Lalu “dayung mundur” untuk mengurangi kecepatan
kalau perahu melaju terlalu cepat. Untuk belok skipper memberi instruksi “belok
kanan” dengan orang yang berada di sisi kanan perahu mendayung maju dan
mendayung mundur untuk orang yang di sisi kiri perahu. Untuk “belok kiri”
berlaku sebaliknya.
Terkadang skipper juga memberi instruksi
“boom” atau “boom boom boom” yang artinya merunduk untuk menghindar kalau di
depan ada rintangan seperti dahan pohon yang menghalangi. Apabila perahu
stuck/tersangkut diantara bebatuan, skipper akan bilang “pindah kanan” /
“pindah kiri” yang berarti semua orang harus duduk di sisi kana/kiri perahu.
Supaya perahu bisa terlepas dari bebatuan. Namun kalau cara itu tak berhasil, biasanya
skipper akan turun dari perahu dan melepaskan bagian yang nyangkut.
Ini pertama kalinya saya
melakukan arung jeram. Untuk ukuran pemula seperti saya, sungai Nimanga bisa
dikatakan pilihan yang tepat. Dengan tingkat kesulitan sungai berada di grade
3, sungai ini memilki banyak jeram tapi tidak berbahaya. Pada tiap jeramnya punya
nama yang unik. Jeram pertama dalam pengarungan adalah jeram Golden Gate. Lalu
ada jeram Python yang memompa adrenaline saya, karena jeramnya yang panjang dan
meliuk-liuk seperti ular. Kemudian ada pula jeram Superman, disebut begitu
sebab ada sebuah batu yang kalau dilewati akan membuat perahu seolah terbang
layaknya manusia super itu. Sebagai penutup adalah jeram Goodbye yang merupakan
jeram terakhir di sungai ini.
Di tengah pengarungan, langit
yang awalnya cerah berubah menjadi hujan deras yang semakin menambah seru rafting
kala itu. Ada momen ketika kami berhenti untuk melompat bergantian dari atas
tebing setinggi 5 meter. Ada juga kejadian menegangkan ketika Dena terjatuh
dari perahu saat perahu menabrak keras sebuah batu yang berukuran besar. Dia
terlempar dari perahu dan jatuh ke sungai, meskipun saya sempat memegang
tangannya tapi terlepas karena licin. Untungnya, saat itu dia jatuh di bagian sungai
yang jeramnya kecil dan arusnya cenderung tenang. Dia hampir jatuh lagi untuk
kedua kalinya ketika perahu kami kembali menabrak batu, tapi sebelum itu
terjadi kami dengan sigap berhasil menahannya.
tersangkut di antara batu
Setelah mengarungi sungai
sepanjang 9 km dan waktu tempuh sekitar 2 jam, kami mencapai garis finish dengan
ditandai oleh jeram Good Bye. Sungguh pengalaman yang seru, mendebarkan dan
memacu adrenalin. Mendayung selama 2 jam sukses membuat lelah dan tangan pegal.
Tapi keseruan selama pengarungan sanggup membayar kelelahan itu. Suatu hari,
mungkin saya akan rindu rasanya berlayar di atas perahu karet melawan jeram di
sungai.
Rafting memang salah satu
olahraga yang masuk kategori memacu adrenalin. Bagaimana tidak? Dengan
keberadaan jeram-jeram di sungai, sanggup membuat jantung berdebar-debar ketika
mengarunginya. Apalagi rafting ini olahraga yang mainnya hitungan detik, harus
memutuskan dengan cepat kapan waktunya “dayung maju”, “belok kiri” atau pun
“boom” untuk menghindar. Kalau kelamaan mikir, yang ada keburu nabrak batu dan
berakhir jatuh ke sungai. Namun, asal menerapkan safety procedure dan paham betul
hal-hal apa saja yang harus dilakukan saat rafting, olahraga ini bisa menjadi olahraga
yang menyenangkan.
Dari garis finish, kami kembali
ke garis start dengan menumpak mobil bak terbuka miliknya operator rafting.
Setelah mandi dan ngopi-ngopi, kami melanjutkan perjalanan ke Tomohon untuk
mendaki Gunung Mahawu.
Break sesaat
After rafting
0 comments: