Menikmati Hujan Abadi Madakaripura
Air Terjun
Madakaripura adalah air terjun yang selalu ramai yang berada di Probolinggo.
Madakaripura masih berada di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
Karena hal itu pula orang-orang yang berwisata ke Bromo biasanya sekalian
berkunjung ke air terjun ini, khususnya yang lewat jalur Probolinggo. Bahkan
kebanyakan trip organizer membuat trip Bromo – Madakaripura menjadi satu paket.
Wisatawan yang datang ke Madakaripura bukan hanya local, tapi ada juga
wisatawan mancanegara.
Air Terjun
Madakaripura menjadi destinasi penutup dari long
trip saya bersama Cahyadi. Hari sebelumnya kami bermalam di Pantai Papuma.
Lalu esoknya jam ½ 7 pagi kami sudah meninggalkan Pantai Papuma. Untuk menuju
Air Terjun Madakaripura saya nggak tahu arah jalan sama sekali, yang saya tahu itu
berada di Probolinggo. Maka dari itu, dari Jember saya cuma mengikuti arah
Probolinggo pada petunjuk yang ada di jalan.
Berkat hal itu
dan dengan sesekali bertanya pada orang ketika hilang arah, kami bisa sampai di
Probolinggo. Yah, itu kami lalui dengan tidak mudah. Berjam-jam duduk di jok
motor itu tersiksa banget. Pantat kami tepos alias menipis. Apalagi Cahyadi,
dia sambil gendong carier yang tentunya bikin bahu pegal abis.
Ketika sudah
tiba di Probolinggo, saya bingung harus kemana. Untungnya Madakaripura ada di
kawasan TNBTS, mengacu pada hal itu saya mengikuti petunjuk jalan yang mengarah
ke Gunung Bromo. Suasana pegunungan mulai terasa lama-kelamaan, jalannya pun
jadi menanjak. Kemudian kami sampai di sebuah pom bensin. Cahyadi meminta
berhenti, dia merasa familiar dengan pom tersebut. Seingatnya, dia pernah
kesitu saat pergi ke Gunung Bromo sebelumnya.
Dan ternyata kami
emang bablas ke arah Bromo, Madakaripuranya kelewat. Emang bener sih,
petunjuknya ke Bromo, ya arah ke Bromo. Masalahnya petunjuk ke Madakaripura
yang sebelumnya ada, tiba-tiba nggak muncul lagi. Setelah nanya sama
bapak-bapak, untuk ke Madakaripura kami harus putar balik dan turun lagi. Tapi,
dengan jalan yang berbeda. Tuh kan! Ternyata emang bukan kami yang bablas, tapi
emang beda jalan.
Setelah turun ke
jalan yang ditunjukkan oleh bapak tadi, petunjuk ke Madakaripura mulai
bermunculan. Tapi dari situ masih lumayan jauh. Kemudian kami sampai di lokasi parkir
sekitar jam 12 siang. Suasananya rame banget. Kami putuskan langsung menuju air
terjun tanpa istirahat. Seperti di Coban Sewu, saya titipkan carier di salah
satu warung di sana.
Jalannya udah
disemen
Jembatan Merah
Dari parkiran ke
air terjun harus trekking lagi nggak lebih dari 1 jam. Itu termasuk nyantai dan
udah keitung sambil foto-foto. Perjalanan diawali dengan melewati jalan semen
yang disampingnya adala aliran sungai yang berasal dari Madakaripura sendiri.
Sesekali kami menemukan jalan yang harus dihubungkan oleh jembatan. Di sepanjang
jalan, ada beberapa warung yang menyediakan makanan dan minuman. Kalau capek
bisa ngombe-ngombe sek sambil
istirahat.
Salah satu
warung
Lalu saat sampai
di satu titik, banyak orang yang menjual jas hujan. Karena mulai dari situ akan
melewati jalan yang kanan kirinya berupa tebing-tebing tinggi yang berlumut.
Dan dari situ juga air berjatuhan dari atas tebing sehingga memberikan efek
hujan abadi.
Untuk yang nggak
mau pakaiannya basah, bisa membeli jas hujan yang di jual disana. Jas hujannya
sendiri adalah jas hujan berbahan plastik kresek. Atau kalau nggak mau keluar
uang, bisa membawa jas hujan sendiri. Kalau saya sih pilih basah-basahan, kapan
lagi bisa menikmati guyuran air hujan abadi Madakaripura. Untuk menuju air
terjun utamanya harus menaiki tebing batu dahulu. Baru setelah itu akan
memasuki sebuah area yang konon katanya tempat pertapaan Patih Gajah Mada.
Menyegarkan diri
Disitu terdapat
kolam yang bisa digunakan untuk berenang. Saya nggak nyemplung. Selain nggak
bisa renang, saya kedinginan setelah kena guyuran air terjun sepanjang
perjalanan. Banyak wisatawan yang menikmatinya dengan melompat dari tebing ke
arah kolam. Sebenarnya saya pengen, tapi saya sadar diri. Dari pada
membahayakan diri sendiri, saya pilih untuk nonton saja deh.
Hujan abadi
Air terjun utama
Kami nggak
berlama-lama di area air terjun utama, karena hawa semakin lama semakin terasa
dingin. Kami pun kembali ke area parkir. Setibanya disana, motor saya yang
sebelumnya kotor, kucel banget. Secara ajaib menjadi kinclong. Ya, itu bukan
rahasia umum lagi di Madakaripura. Anak-anak disana memang biasa mencuci
kendaraan wisatawan ‘tanpa diminta’. Dan itu bukannya sukarela, saat pulang
mereka akan meminta fee.
Orang-orang
bilang sebenarnya anak-anak itu cuma menyiram kendaraan wisatawan, karena nggak
ada perbedaan, nggak bersih-bersih amat. Tapi bagi saya nggak begitu, motor
saya yang rupanya nggak jelas (kotor banget) menjadi bersih. Setidaknya itu
pandangan saya. Jadi tips dari saya, kalau mau ke Madakaripura usahakan
kendaraan kalian harus sekotor mungkin. Dari pada masih kinclong, di bawa
kesana ya nggak ada perubahan. Hehe!
Kemudian sekitar
jam 3 sore kami meninggalkan Madakaripura untuk kembali ke Malang. Air Terjun
Madakaripura sukses menjadi penutup long
trip kami dengan memberikan sensasi yang tidak biasa. Ini merupakan long trip pertama saya menggunakan
sepeda motor. Dengan melewati beberapa kota dan mengunjungi 5 destinasi selama
3 hari, ini menjadi pengalaman yang menarik bagi saya. Saya puas dengan
perjalanan ini. Dan semoga saya bisa melakukan perjalanan seperti ini lagi
suatu hari nanti.
Patung Patih
Gajah Mada
0 comments: