Menembus Belantara Menuju Coban Rais
***
Berawal
dari kejenuhan saat minggu tenang sebelum masuk minggu UAS. Saya bersama
seorang teman, Cahyadi, berencana untuk Jelajah Coban disekitaran Malang. Ada 4
coban yang akan kami kunjungi dalam 2 hari.
Pada
hari pertama kami jadikan Coban Rais sebagai destinasi pertama. Kami pergi
menggunakan motor. Acuan yang saya tahu untuk kesana adalah BNS (Batu Night
Spectacular), lalu lanjut dengan mengikuti petunjuk hingga menemukan tower
pemancar saluran televisi.
Saya
memacu motor dari Malang ke BNS. Setelah sampai disana, kami bertanya pada bapak-bapak
yang sedang menyapu di tepi jalan. Berkat arahan darinya, kami blusukan masuk ke jalan gang dan berhasil menemukan papan petunjuk arah ke Coban Rais. Lalu kami ikuti
terus sampai menemukan tower saluran tv. Dan loket masuk Coban Rais nggak jauh
dari situ.
Kemudian
kami mengurus tiket masuk seharga 10rb/orang. Suasana di situ nggak ramai, cuma
ada beberapa motor wisatawan. Dari tempat parkir ke Coban Rais harus trekking
dahulu melewati belantara sekitar 1 jam perjalanan. Tapi dijamin, 1 jam itu
nggak bakal kerasa karena sepanjang perjalanan akan disuguhi pemandangan yang
indah.
Perjalanan
diawali dengan trek yang landai dan vegetasi yang cukup terbuka. Baru beberapa
menit berjalan, saya melihat sebuah bukit yang sepertinya menarik. Karena
penasaran, kami naik ke bukit itu dulu meskipun arahnya berbeda dengan arah ke
air terjun. Keputusan kami nggak salah. Dari atas bukit itu, saya bisa melihat
panorama dari ketinggian. Kami berhenti sebentar untk mengabadikan momen.
Setelah
dari bukit, kami melanjutkan perjalanan lagi. Medannya lama-kelamaan semakin
menanjak, udah kayak naik gunung. Mirip-miriplah sama treknya kalau mau ke
Gunung Panderman. Toh, ini juga masih kawasan lerengnya Panderman. Semakin lama
kami juga semakin masuk ke dalam hutan. Ditandai dengan pepohonan yang semakin
lebat.
Lebatnya vegetasi hutan
Di
tengah perjalanan, kami sempat menemukan hal-hal yang unik. Seperti melewati
bebatuan layaknya sungai yang kering. Beberapa kali menyebrangi aliran air
sungai. Hingga bertemu sekawanan kupu-kupu yang sedang hinggap di pepohonan dan
permukaan tanah. Lalu ketika kami lewat, kupu-kupu yang jumlahnya banyak banget
itu berterbangan mengelilingi kami. Keren!
Melewati aliran sungai kecil
Aslinya banyak kupu-kupu tapi nggak kefoto
Kami
juga sempat menemukan beberapa air mancur. Jangan dibayangkan air mancur
beneran. Yang saya maksud ini adalah air yang keluar dari pipa-pipa yang bocor,
sehingga airnya memancur keluar. Lalu ketika di sekitar air mancur bohongan
itu, saya melihat ada air mancur lagi yang lebih besar di kejauhan. Tapi
setelah diperhatikan, air mancur itu arahnya nggak ke atas tapi ke bawah.
Ukurannya terlalu besar dan tinggi untuk ukuran air yang keluar dari pipa yang
bocor. Ketika saya masih bengong memikirkan hal itu, Cahyadi berkata “Eta mah Coban
Rais, lain air mancur”. Saya seperti mendapat pencerahan, dan otak saya setuju
dengan argumennya Cahyadi. Ya, itu memang air terjun. Kami udah sampai di Coban
Rais!
Nggak
kerasa perjalanan hampir 1 jam dan kami nggak menyadari hal itu saking menikmatinya.
Saat sampai disana, cuma ada sepasang orang pacaran. Sepertinya anak SMA yang
lagi asyik selfie sana selfie situ. Sambil menunggu mereka pergi, kami
mengambil gambar dari jarak agak jauh.
Coban Rais
Setelah
anak SMA itu pergi, baru kami mendekat ke air terjun. Hawanya seketika jadi
dingin. Mungkin akibat ketinggiannya yang tembus 1000 mdpl, lalu lokasinya yang
di tengah hutan yang tertutup pepohonan lebat. Sehingga lokasinya nggak kena
hangatnya sinar matahari. Apalagi ketika menyentuh airnya, beuh.. udah kayak
air es, air kulkas. Lebih dingin malah. Tapi tetep seger tentunya.
Aslinya mah ini kedinginan
Nggak
lama kami disitu, karena lama-kelamaan saya malah kedinginan. Lalu kami
meninggalkan Coban Rais, tapi nggak langsung pulang. Di perjalanan turun, kami
melihat ada petunjuk ke arah Coban Beji. Kami baru tahu kalau di kawasan Coban
Rais ada Coban lain. Karena penasaran, kami putuskan untuk menuju kesana.
Medan
menuju Coban Beji ini bisa dibilang mencurigakan. Kenapa? Karena jalannya
nanjak terus kayak naik gunung. Dan nggak ada tanda-tanda air terjun kayak
aliran sungai seperti yang kami temukan saat ke Coban Rais. Yang ada jalannya
tambah menanjak dan hutannya semakin belantara. Tapi pada akhirnya terdengar
suara aliran air yang deras seperti air terjun. Jalan pun mulai menurun.
Dan
taraaa.. kami berhasil sampai di Coban Beji. Air terjunnya pendek tapi deras
banget. Lokasinya emang tersembunyi gitu di balik pepohonan lebat.
Sekelilingnya pohon semua dan tempatnya itu nggak luas.
Coban Beji
Sebentar
aja kami di Coban Beji, cuma foto-foto sebentar dan merasakan kesegaran airnya.
Setelah itu kami meninggalkan Coban Beji. Lumayan, datang ke satu destinasi
dapat bonus satu lainnya. Jadilah dua air terjun sekaligus.
0 comments: