Pendakian Semeru #2: Keelokan Semeru
Setelah
packing dan udah ngurus simaksi. Perjalanan dimulai! Semuanya dalam kondisi
penuh semangat yang berapi-api. Diawal kami lewat ladang-ladang kebun milik
penduduk setempat. Kesan pertama yang saya dapat ini, padahal baru awal tapi pemandangannya
udah memanjakan mata gini, duh jadi ngga sabar.
Ada yang ga ke
ajak sampai lari2
Medan
kemudian berganti melewati jalan setapak di tengah hutan rimba. Sepanjang
perjalanan ya begitu, hutan. Momen susul-susulan sama rombongan pendaki lain
terjadi. Ketika kami nyusul pendaki yang lagi istirahat, kami sapa mereka “Misi
mas, kami duluan”, dengan senyum tentunya. Mereka pun menjawab “Iya mas,
monggo”. Lalu gantian saat kami istirahat, eh pendaki yang sebelumnya udah
kesusul nyalip. Mereka pun nyapa kami, dan kami balas menjawab. Dan itu terjadi
berulang-ulang, entah berapa kali iterasi.
Dari
mulai start, treknya emang nggak
terlalu berat. Nggak nanjak parah kayak Ciremai, tapi ini jauh. Lalu setelah
jalan beberapa jam, kami dihadapkan sama tanjakan yang lumayan terjal. Disini nguras
banyak tenaga. Selain jalannya emang nanjak, beban carier di punggung berat
pake banget.
Ini tanjakannya
Perjalanan
makin berat. Matahari yang udah berada di atas kepala bikin cepet dehidrasi,
mana air juga tinggal sedikit. Kami harus menghemat air, satu orang dijatah
satu tegukan tiap kali istirahat. Gitu terus selama beberapa menit.
Setelah
melewati hutan dengan vegetasinya yang rapat, kami mulai memasuki medan yang
lumayan terbuka. Dan kami terperangah! Kami semua teriak gembira! Apa yang kami
temukan? Kami melihat air, banyak banget. Ya, Ranu Kumbolo! Masalah air jelas
teratasi, dan yang paling penting kami yang tadinya udah loyo jadi semangat
karena Ranu Kumbolo udah di depan mata! Cihuyy!
Kegirangan
lihat Ranu Kumbolo
Langkah
kaki jadi makin cepat setelah melihat keberadaan Ranu Kumbolo, kadang setengah
lari pas jalannya datar. Daaan ketika kami sampai di tepi danau, kami
berhamburan. Apalagi yang kami lakukan selain minum, dehidrasi melanda. Mana
panas, pada basahin kepalanya masing-masing biar seger.
Biar afdol
minumnya gini
Setelah
istirahat bentar, kami lanjut berjalan ke sisi danau lainnya, yaitu yang di
dekat Tanjakan Cinta. Disitu kami istirahat cukup lama, karena kami makan siang
dulu. Cacing di perut udah meronta-ronta minta makan. Sambil nunggu makan siang
siap, ada yang tiduran, ada juga yang foto-foto. Maaf untuk yang kebagian piket,
kalian fokus masak aja deh yaa.
Aah..
begitu nyamannya di Ranu Kumbolo, rasanya ingin berlama-lama berada disana. Apalagi
saat itu Ranu Kumbolo tidak begitu ramai, sehingga bisa merasakan
ketenangannya. Tapi target kami hari itu adalah Kalimati, sehingga habis makan
dan cukup istirahat kami lanjut lagi.
Sepinyaaa
Ranu Kumbolo
Dan
inilah yang kami semua tunggu, Tanjakan Cinta! Dengan mitosnya, kami semua
mendaki tanjakan itu sambil membayangkan wanita yang kami idamkan.
Ketika
sudah berhadapan dengan tanjakan cinta, nggak ada satu pun yang mau naik
duluan! Akhirnya kami paksa Saifud, yang sudah punya pacar untuk naik duluan
dan memotret kami dari atas tanjakan. Sedangkan 9 jomblo lainnya naik satu per
satu.
Yang
pertama naik Faisal, dan saat dia naik kami semua menyaut memanggil namanya
biar dia nengok. “Sal, tunggu sal!”, “Barenglah Sal, jangan egois”, macem-macem
pokonya biar dia mau nengok. Tapi dia nggak gentar dan sampai pucuk tanjakan
tanpa noleh ke belakang. Lalu disusul yang lain dan diperlakukan serupa sama
yang belum nanjak.
Saya
dan Rahman menjadi yang terakhir naik. Setelah yang lain naik, saya baru sadar
dari 8 orang yang naik tadi nggak ada satupun yang naik sambil bawa galonnya
Rio. Apa boleh buat, saya dan Rahman bergantian membawanya ke atas tanjakan. Congratulations! Kami semua berhasil
mendaki tanjakan tanpa menoleh ke belakang, hanya tinggal menunggu keajaiban.
Hehe!
Semangat Tanjakan
Cinta!
Tanjakan
Cinta menguras banyak tenaga, setelah istirahat sejenak kami melanjutkan
perjalanan melewati Oro-oro Ombo. Ini juga yang kami tunggu. Oro-oro Ombo,
padang rumput dengan bunga berwarna ungu yang orang-orang sebut sebagai
Lavender tapi nyatanya bukan. Tapi yah tetap saja cantik kok.
Setelah
memandang mencari-cari sekumpulan bunga berwarna ungu, hasilnya nihil! Kemana perginya?
Ternyata kami datang di waktu yang nggak tepat! Padang bunga berwarna ungu
tersebut mengering dan berubah jadi berwarna coklat. Yaaah sudahlah tak apa,
ini tetap unik bagi kami!
Oro-oro Ombo
mengering
Ranu
Kumbolo udah, Tanjakan Cinta udah, Oro-oro Ombo juga udah. Sekarang yang akan
kami lewati adalah Cemoro Kandang. Sesuai namanya, setelah ini kami akan
melewati kawasan hutan cemara. Ini medan terakhir sebelum Kalimati, semangat!
Teriknya
panas matahari sudah bukan jadi masalah karena hutannya ini lebat dan rapat,
sehingga kami terlindungi dari terpaan sinar matahari. Selain itu langit juga
berawan. Kekhawatiran saya disini muncul. Kalau hujan gimana? Masalahnya cuma
beberapa dari kami yang bawa raincoat, sedangkan perjalanan juga masih jauh.
Saya
dapat ide. Kalau hujan, yang nggak bawa raincoat bentangin flysheet
bareng-bareng sambil terus jalan. Salah sendiri disuruh bawa raincoat malah
nggak. Lalu secara perlahan turunlah butiran-butiran air dari atas alias
gerimis yang lama-kelamaan menjadi deras. Saya pun langsung mengeluarkan
flysheet dan menyuruh yang nggak bawa raincoat untuk berlindung di balik
flysheet. Kalau dilihat dari luar, jadilah kami seperti barongsai!
Saat
masih dalam formasi barongsai, tiba-tiba hujan mereda. Eko berkata, “Ini bukan
hujan, Ham. Cuma Sugesti”. Lalu hujan kembali turun tapi kecil, saya membalas
“Apanya yang sugesti, Ko. Hujan beneran ini”. Nggak lama, seketika hujan reda
lagi. Eko berkata lagi “Tuhkan reda, cuma sugesti”. Saya pun jadi berpikir, apa
iya ini cuma sugesti. Ah sudahlah yang penting hujan reda. Dan formasi
barongsai pun bubar.
Hutan
cemara ini seakan nggak ada habisnya, belum ada tanda-tanda Kalimati sudah
dekat. Ditengah perjalanan, tepatnya jalan yang menanjak. Saya melihat ada
tempat yang cukup terbuka, saya pikir itu Kalimati jadi saya mempercepat
langkah. Dan ketika sampai, ternyata bukan. Itu pos Jambangan! Kalimati masih
kurang sekilo lagi.
Yang
menakjubkan, baru di Jambangan ini kami bisa lihat puncak, ya Mahameru!
Sepanjang perjalanan, si puncak para dewa itu nggak kelihatan sama sekali.
Lumayan, dengan bisa melihat Mahameru, semangat kami terkumpul lagi meskipun
hari sudah mulai gelap. Perjalanan kami lanjutkan sambil memungut ranting dan
batang pohon yang sudah mati untuk membuat api di malam hari.
Nggak
terlalu capek berjalan dari Jambangan ke Kalimati, hal itu karena medannya yang
relatif datar dan menurun. Kami pun akhirnya sampai di Kalimati sekitar jam 6
sore, saat langit sudah gelap. Langsung saja kami mencari lapak untuk
mendirikan tenda. Kami pun bagi-bagi tugas biar cepat, 3 orang kebagian masak
dan sisanya mendirikan tenda dan beres-beres logistik. Makan malam jadi agenda
selanjutnya.
Setelah
beres makan, kami baru menyadari stok air kami menipis. Nggak cukup kalau
digunakan untuk summit tengah malam nanti. Mau ngisi ke sumber mani pun
sepertinya nggak bakal ada yang mau, mengingat kondisi tubuh yang sudah lelah
dan nggak tahu arahnya.
Saat
sedang memikirkan hal itu, tiba-tiba kami mendengar suara. Bukan suara babi
hutan ataupun suara kentut. Suara itu memberi kabar baik bagi semua. Ya, itu
suara seorang warga Ranu Pani yang menjual air minum. Meskipun harganya mahal,
10 ribu rupiah untuk 1 botol ukuran 1.5 Liter.
Yah
tak apalah, mengingat mahalnya itu karena di gunung air adalah sesuatu yang
sangat berharga, apalagi bapak yang menjual air itu memang butuh perjuangan
untuk membawa air tersebut dan untuk selanjutnya dijual. Kami pun beli 2 botol
saja.
Setelah
masalah air teratasi sebenarnya tinggal tidur aja sih, mana tengah malam hari
harus bangun untuk summit attack. Tapi sebelum tidur ada aja yang iseng, kali
ini Saifud. Saat berada dalam tenda dia tiba-tiba pengen kentut, lalu dia
keluar dan mengebom tenda sebelah. Otomatis penghuni tenda yang isinya Faisal,
Idang, Reva, Nafi dan Abduh murka. Tapi dia acuh dan langsung kabur kembali ke
tendanya. Ada-ada saja! Untung mereka nggak keracunan.
Nggak
lama setelah itu kami pun tidur..
0 comments: