Backpacking ke Bali #2: Bali Memang Terbaik!
Destinasi
kami selanjutnya adalah Nusa Dua. Nusa Dua sendiri letaknya ada di Bali bagian
selatan. Harus muter-muter gitu jalannya kalau saya lihat di Google Maps,
cepetnya mah lewat tol yang nyebrangin laut. Kalau jalan tol, motor kan ngga
bisa, gitu pikir saya.
Saat
disana, kami ngikutin plang arah Nusa Dua pokoknya. Dan plangnya mengarahkan
kami ke jalan tol, kami bingung masa iya motor lewat jalan tol. Lalu saya lihat
kok banyak motor yang lewat jalan tol, taunya motor emang bisa lewat jalan tol,
ada jalurnya sendiri pula.
Lalu
kami masuk jalan tol itu. Abis bayar di gerbang masuk, eh ada razia ngga jauh
dari loket. Apaan coba razia di jalan tol, tenang surat-suratnya lengkap kok
Pak Pol. Mana yang diperiksa saya doang, si Aji sama Bang Ito mah kabur. Nggak
deng, mereka emang nggak diberhentiin.
Setelah
melintas di jalan tol itu beberapa saat, saya bilang, "Anjir, ieu jalan
tol pang alusna nu pernah ku urang liwatan". Bang Waluyo menimpali, “Heuh,
sarua urang oge”. Sumpah emang keren ini jalan tol, pemandangannya sekitarnya
bukan main.
Kalau
jalan tol biasanya lempeng, gitu-gitu doang dan bikin ngantuk. Disana nggak, bisa
lihat laut, pantai. Angin juga sepoi-sepoinya adem gitu, angin laut. Tapi kalau
kecepatan ditambah, hempasan anginnya kerasa banget, kenceng. Ngeri juga kalau
keanginin terus jatuh ke laut, yah jadi kami nyantai aja nikmati jalan tol
terkeren ini. Kapan lagi coba.
Perjalanan
di tol ngga kerasa, tiba-tiba aja kami udah sampai di penghujung tol. Selepas
tol kami istirahat di indomaret, sambil ikut ngecharge hp dan kamera. Padahal
mah jajannya cuma air mineral doang. Soalnya gawat kalau lowbat, nggak bisa
mengabadikan momen langka di Bali.
Abis
itu kami lanjut. Sedikit lagi perjalanan ke Nusa Dua dari indomaret itu. Dengan
mengikuti plang, kami agak bingung karena memasuki sebuah kompleks gitu. Ya,
Nusa Dua seperti sebuah kompleks wisata. Saat pertama masuk, saya udah
geleng-geleng kepala. Takjub. Di Nusa Dua ini tujuan kami ke spot Waterblow. Kami
nanya ke penjual accessoris disitu, sambil beli gelang, yang ditawar
abis-abisan sama Yusuf.
Ternyata
selain waterblow, di Nusa Dua ini banyak banget spotnya. Salah satunya ada
pura. Karena letaknya dekat, kami pergi kesitu dulu. Disitu tempatnya luas.
Kami masuk ke pura itu, ada seseorang menghampiri kami. Dia menceritakan
sejarah dari terbentuknya pura itu, tapi sedih, saya lupa ceritanya. Lalu dia
mengarahkan kami ke tempat yang ada sesajennya.
Bapak
itu lalu meminta kami menyisihkan sedikit uang kami dan disimpan di sesajen
itu. Masing-masing dari kami diberi ucapan selamat oleh bapak itu. Setelah pergi
dari pura itu, Yusuf bilang sambil bercanda, "Tadi urang geus di baptis, mangkana
si bapak ngomong selamat". Nggak tau deh tadi itu ucapan selamat apaan.
Tapi yang pasti Yusuf ngawur.
Abis
di baptis kalau kata Yusuf
Nggak
jauh dari pura, kami menuju ke sebuah tebing dengan pemandangan spektakuler. Ya
apalagi, foto-foto. Di tiap kamera atau hp, pasti ada foto Yusuf. Di tiap spot,
yang paling gencar di foto ya dia, paling banyak fotonya deh.
Sepanjang
perjalanan ke waterblow, sama kayak di Sanur, banyak hotel sama resto mewah. Lalu
di salah satu titik, ada semacam panggung gitu. Nyetel musik keras-keras. Bang
Waluyo bilang, "Wah, disini kalau malem pasti ada party, kapan-kapan harus
balik lagi dan nginep". Sejak saat itu dia membulatkan tekad untuk balik
ke Nusa Dua suatu hari.
Pinggir
tebing
Setelah
dari situ kami lanjut ke waterblow, pantai yang unik karena isinya batuan
karang. Yang semuanya tajam-tajam dan kami mesti berjalan di atasnya. Tenang
udah disediakan jalan terbuat dari kayu gitu, memanjang sampai ke pinggir
tebing karangnya. Lalu yang disebut waterblow itu adalah air ombak yang muncrat
ke udara akibat nabrak batu karang. Itu yang dicari orang-orang disana.
Momennya
itu langka, harus nunggu ombaknya bener-bener besar supaya kena saat di foto.
Cuma saya sama Yusuf aja dari kami yang mau rela nyari momen waterblow itu.
Meskipun lama tetep kami tunggu. Tapi saat waterblownya muncul, eh nggak ke
foto, sekalinya ke foto hasilnya jelek. Hadeuh..
Tapi
saya nggak menyerah. Saya nunggu di ujung tebing, ombak besar datang dan
waterblownya sukses membasahi seluruh badan saya. Ya, itu waterblow terbesar
saat itu. Saat giliran Yusuf muncul juga sih, tapi nggak sebesar waterblow yang
membasahi badan saya. Gara-gara basah, saya jadi pusat perhatian. Diliatin sama
orang-orang, ada yang senyum-senyum sambil geleng-geleng kepala, yang ketawa
juga kayaknya ada. Bodo amat.
Nyari
waterblow
Biar basah tapi masih tetep gaya
Kemudian
kami meninggalkan Nusa Dua. Kami menuju tujuan terakhir kami di hari itu, Pura
Uluwatu. Awalnya saya nggak berekspektasi tinggi sama tempat ini, biasa aja
gitu. Tapi saat sampai sana, woooow i'm
so excited! Ini tempat wisata pertama kami yang berbayar. Sebelumnya di
Sanur sama Nusa Dua cuma bayar parkir doang. Udah bayar, spotnya nggak
mengecewakan dong. Malah saya rasa Pura Uluwatu jadi tempat paling keren di
hari itu.
Di
Pura Uluwatu ini pertama masuk bakal disuruh pakai kain warna kuning di
pinggang dan sinjang warna ungu untuk yang menggunakan celana pendek atau
apapun yang di atas lutut. Puranya berada di ujung tebing dan letaknya paling
atas. Sehingga harus berjalan menanjak di pinggir tebing yang dibatasi oleh
pagar. Pemandangan disini keren abis, liat sendiri aja deh nih dari foto.
Uluwatu
Sunset
di Uluwatu
Uluwatu
temple
Di
sini juga ada pertunjukkan tarian asli Bali, yaitu tari kecak. Tapi untuk
menontonnya harus bayar lagi 100ribu rupiah. Sebenernya pengen banget nonton,
tapi mengingat budget backpacking ke
Bali ini aja pas-pasan. Yaa keinginannya ditunda lain waktu. Kalau maksain
takutnya nanti jadi gembel di Bali. Sunset di sini juga keren banget, makanya
kami pilih Uluwatu sebagai destinasi penutup di hari itu.
Ada
kejadian lucu saat nunggu sunset. Yusuf, yang pengen foto sama cewek bule
memberanikan diri mengajak salah satu bule berfoto. Awalnya bule itu lagi
memandang sunset di pinggir pagar, sendirian. Bukannya manggil, Yusuf malah
mencolek bahu bule itu dan meminta foto bareng. Lalu si Aji sambil tertawa
berbisik ke saya “Si Yusuf siga ka batur sorangan wae toal-toel”. Saya pun
setuju dan ikut tertawa. Hahaha!
Yusup
sama Bule yang dia colek
Ketika
hari sudah gelap, kami pulang. Rencananya kami akan menginap di tempat temannya
Yusuf. Di yayasan rumah yatim. Masih di sekitar Ubung. Di perjalanan pulang ini
kami terpisah, si Aji dan Yusuf yang posisinya paling depan tiba-tiba
menghilang. Saya dan Bang Waluyo menepi berhenti, diikuti Bang Ito dan Deni di
belakang. Kami berempat mencoba menghubungi Aji dan Yusuf. Nomor Aji aktif tapi
nggak diangkat, soalnya dia yang nyetir motor saat itu. Sedangkan nomor Yusuf
ngga aktif, yah kalau dia hpnya emang cepet mati, udah ngedrop. Gara-gara itu
juga yang paling sering ngecharge di powerbank ya Yusuf.
Setelah
gagal menghubungi mereka, kami lanjut jalan lagi. Saya rasa si Aji bisa
menghilang karena kami beda pilih jalan. Lalu kami putuskan menuju terminal
Ubung, saya yakin mereka menunggu disana kalau memang duluan. Sekitar jam 10
malam kami sampai di Terminal Ubung meskipun sempat nyasar-nyasar dulu. Dan
benar saja mereka ada di sana.
Tanpa
istirahat, kami langsung saja menuju tempatnya teman Yusuf. Karena ngga tau
dimana alamatnya, kami nyasar-nyasar dulu sebelum akhirnya bisa tiba dengan
selamat. Fuwhh. Setelah berbincang-bincang sebentar dengan temannya Yusuf yang
ternyata orang sunda juga, kami tidur. Karena besoknya kami akan berangkat
pagi-pagi.
0 comments: