Gunung Arjuna #2: Ketemu Kejadian Mistis
Ketika itu kami berangkat meninggalkan Pos Pet
Bocor. Selepas Pet Bocor, jalurnya lebar dan jelas banget karena jalur berbatu yang disusun sedemikian rupa itu adalah jalan untuk mobil jeep yang mengangkut belerang. Biarpun kami berjalan dalam kondisi langit masih gelap dan juga
penerangannya pake semprong, tapi dengan jalan yang jelas banget gitu kami nggak
takut nyasar ataupun takut bakal nginjek ranjau darat. #kamitidaktakut
Kami
ndaki dengan santai dan sesekali ngobrol nggak jelas. Kadang napas ngos-ngosan kami
terdengar, dan kalau sudah begitu kami mengambil break sebentar. Saat lagi
asyik nikmati perjalanan, langit mulai terang, tanda matahari akan terbit. Dan
bingo! Pas banget kami nemu tempat yang lumayan terbuka untuk menyaksikan
matahari terbit. Ajiiib!!
Sunrise
Sambil
menyelam, minum air. Sambil lihat sunrise, kami istirahat. Dengan terbitnya
matahari, rasanya semangat saya menjadi berapi-api. Nggak sabar untuk lihat
sunrise yang pastinya bakal lebih heboh di puncak.
Perjalanan
masih dengan trek mobil jeep. Saat kami ber-4 berjalan beriringan, tiba-tiba
aja ada suara langkah kaki di belakang. Siapa? Pendaki? Perasaan kami nggak ada
tuh pendaki di belakang, kalau pun ada jaraknya pasti jauh. Kami jalan
normal-normal aja, nggak cepet nggak juga lambat, tiap break pun paling lama 10
menit. Duh jadi merinding, ada sesosok 'makhluk' yang mengikuti kami. Tapi masa iya muncul saat udah terang gini.
Seketika saja kami disalip oleh 'makhluk' itu. Dia memandang kami, kami pun
memandang dia. Kalau di sinetron adegan gini mukanya bakal di zoom in secara bergantian tiap orangnya. Lalu tanpa wajah, eh tanpa ekspresi, dia mengucap “Pamit mas”, kami pun balas berkata “Monggo mas”. Setelah nyalip, dia
tiba-tiba saja udah hilang dari pandangan kami. Jangan mikir yang horor-horor.
Dia bukan hantu! Emang dia jalannya cepet kok, secara dia udah terbiasa ndaki
lewat jalur ini. Yaa, dia adalah penambang belerang di Gunung Welirang.
Jam
7 pagi kami sampai di pos 2, Kop-kopan. Banyak pendaki yang camp dimari,
emang lokasinya point of view banget.
Tempatnya yang cukup terbuka bikin leluasa untuk lihat Gunung Penanggungan
dengan jelas. Lumayan lama kami istirahat, tempatnya emang bikin betah. Agak ke
atas dari Kop-kopan sebenernya ada air terjun super mini, tapi saat kami kesitu
airnya kering.
Di Kop-kopan
dengan background Penanggungan
Tembok samping Umam itu yang jadi air terjunnya
Abis
dari situ, kami say “see you” ke Kop-kopan, kami lanjut ndaki. Trek yang
dilalui masih sama, jalurnya jeep. Tapi kali ini kami nemu banyak jalan pintas, karena kalau ngikutin trek jeep mah muter-muter. Karena setelah saya observasi, jalan pintas ini akan menghemat waktu kami, tenaga kami, juga yang paling penting persediaan air kami.
Ada satu momen saat saya lewat jalan pintas itu, saya dikagetkan dengan adanya kuburan. Mana kuburannya nggak cuma satu. Saya nggak tahu itu kuburan pendaki yang tewas di gunung atau bukan. Saya nggak baca tulisan yang ada di batu nisannya. Saya melengos ninggalin tempat itu. #sayatidaktakut
Ada satu momen saat saya lewat jalan pintas itu, saya dikagetkan dengan adanya kuburan. Mana kuburannya nggak cuma satu. Saya nggak tahu itu kuburan pendaki yang tewas di gunung atau bukan. Saya nggak baca tulisan yang ada di batu nisannya. Saya melengos ninggalin tempat itu. #sayatidaktakut
Perjalanan
terasa panas banget, medan yang relatif terbuka bikin sinar matahari langsung
menyengat tubuh kami. Tapi lama-kelamaan pohon-pohon yang tinggi mulai muncul
dan nutupin kami dari sengatan sinar matahari. Itulah salah satu manfaat pohon, meneduhkan jiwa.
Nanjak terus
pantang turun!!
Beberapa
jam dilalui, akhirnya kami sampai juga di Pos Pondokan, dan berakhir pula trek
jeep. Karena disini lokasi jeep mulai mengangkut belerang dan juga tempat para
penambang belerang bermalam. Dan di Pondokan pula titik percabangan untuk ke
Puncak Arjuna atau Welirang. Ada juga sumber air, meski ngga sederas di
kop-kopan tapi disini ada bak penampung airnya.
Sebentar
aja kami di Pondokan, karena Lembah Kidang nggak jauh dari situ. 30 menit
melewati jalan yang relatif landai kami tiba di Lembah Kidang. Ada 1 tenda
pendaki disitu, kami pun langsung nyari lapak untuk mendirikan tenda, dan yang
paling penting makaaan. Karena cacing-cacing di perut saya udah demo terus
sepanjang perjalanan. Tenang, kali ini ngga ada atraksi debus lagi dari Idang, semua aman terkendali. Udah pengalaman.
Di
Lembah Kidang juga ada mata air. Beda dari pos-pos sebelumnya, disini sumber
airnya ngalir dari celah-celah batu gitu. Air yang ngalirnya kecil, ngisi satu botol aja lama. Seabad. Mungkin
kalau saat musim hujan bakal deras air yang mengalirnya.
Lagi ngisi air
Gara-gara
capek juga kekenyangan mungkin, Faisal sama Idang udah tepar aja di dalam
tenda. Saya tidur diluar. Kalau Umam mah lagi ngopi sama pendaki di
tenda tetangga. Di Lembah Kidang meskipun hari masih siang jam 3an lah, tapi
dinginnya parah. Saat saya intip dalam tenda, Idang tidur sambil menggigil
saking dinginnya. Faisal mah pules banget tidurnya, iyalah dia pake sleeping
bag kok. Eh saya juga lama-lama kedinginan, langsung aja saya nyari kayu bakar untuk bikin
perapian malamnya. Tapi alih-alih nunggu malem, saat itu juga saya bikin
perapiannya.
Hangatnyaaa setelah api menyala. Faisal sama Idang saya ajak mendekat ke perapian biar nggak kedinginan. Setelah masalah dingin teratasi, kami tinggal nunggu gelap. Jadwal makan malam dan yang paling ditunggu, molooor.
Hangatnyaaa setelah api menyala. Faisal sama Idang saya ajak mendekat ke perapian biar nggak kedinginan. Setelah masalah dingin teratasi, kami tinggal nunggu gelap. Jadwal makan malam dan yang paling ditunggu, molooor.
0 comments: