Gunung Arjuna #1: Kelakuan Anak Medan
Btw,
foto di atas bukan Gunung Arjuna tapi penampakan Gunung Penanggungan. Lah terus
kenapa judulnya Arjuna? Ya soalnya ini cerita saya saat ndaki Arjuna, dan foto
Gunung Arjunanya masih saya rahasiakan. Bisa dilihat di postingan selanjutnya.
Eits tapi harus baca yang ini dulu, okey! Kalau nggak mau, cari di mbah google aja wes..
***
Nggak ada rencana jauh hari sebelumnya untuk ndaki Gunung Arjuna. Keinginan ndaki tiba-tiba aja muncul. Dadakan banget, tapi
bukannya tanpa persiapan kok. Karena, safety itu nomor 1. Tiga hari sebelum
keberangkatan, saya sama seorang teman, Idang, membuat plan ndaki gunung setinggi 3339 mdpl itu. Lalu kami nyiapin
semuanya, juga ngajak yang lain. Dan ikutlah 2 orang lagi, Faisal dan
Umam.
Hari
Jum’at, ba’da ashar kami udah kumpul di terminal Arjosari, kecuali Umam. Ya,
kami tinggal nunggu anak itu, dia masih di kampus katanya. Begitu beres dia langsung ke terminal, saya pikir dia udah siap-siap. Dia datang dengan setelan kuliah,
kemeja, celana jeans, dan sepatu pantofel. Saya reflek bertanya, “Pantofel? Woy
mau naik gunung atau mau ngantor?” Dia langsung merespon dengan mengeluarkan
sandal gunungnya. Saya pun angguk-angguk kepala. Tapi ada yang aneh,
tasnya kempes-kempes gitu. Dia memperlihatkan isi tasnya yang isinya cuma angin alias kosong. Kali ini saya
geleng-geleng kepala. Untung saya belum muter-muter kepala. Nanti malah jadi lagunya Project Pop. Metal vs dugem itu lho.
Waktu makin sore kami pun capcus meninggalkan Malang, dari terminal kami naik mobil
semacam minibus gitu deh atau biasa disebut Bison (udah kayak hewan aja). Kalau di kampung saya sih yang begitu disebut mobil Elp. Pake 'P' bukan 'F'.
Tujuan kami adalah Pandaan, butuh 2 jam perjalanan. Sesampainya disana kami nunggu mobil angkutan ke Desa Tretes, harus penuh dulu baru bisa berangkat. Kalau ngga penuh ngga bakal berangkat, biarpun mohon-mohon ke supirnya nggak bakal ngaruh. Mereka nggak bisa dirayu meskipun itu oleh perempuan dan udah buka 3 kancing teratas.
Sambil nunggu penuh kami makan malam dulu di restoran mewah dekat situ, bohong deng kami makan di trotoar a.k.a kaki lima. Setelah Isa kami baru otw Tretes.
Tujuan kami adalah Pandaan, butuh 2 jam perjalanan. Sesampainya disana kami nunggu mobil angkutan ke Desa Tretes, harus penuh dulu baru bisa berangkat. Kalau ngga penuh ngga bakal berangkat, biarpun mohon-mohon ke supirnya nggak bakal ngaruh. Mereka nggak bisa dirayu meskipun itu oleh perempuan dan udah buka 3 kancing teratas.
Sambil nunggu penuh kami makan malam dulu di restoran mewah dekat situ, bohong deng kami makan di trotoar a.k.a kaki lima. Setelah Isa kami baru otw Tretes.
Pas foto kepalanya
gamau diem
Dari kiri: Faisal,
Saya, Umam dan Idang
Kami
sampai di basecamp Arjuna jam 8 malam dan langsung ngurus perizinan. Lalu kami berangkat ke Pos 1 yaitu Pet Bocor, disebut begitu karena dulu emang
ada paralon yang bocor. Makanya dinamain Pet Bocor, pet = paralon = pipa. Tapi sekarang nggak ada kayaknya, udah dibenerin.
Perjalanan malam kami minim penerangan, cuma ada 1 headlamp + lampu anti badai alias semprong yang kami bawa. Hari gini masih bawa semprong? Mana perlu pake minyak tanah, cahayanya juga nggak terang-terang amat. Nyusahin diri sendiri aja. Tapi yah nggak apalah daripada gelap-gelapan.
Perjalanan malam kami minim penerangan, cuma ada 1 headlamp + lampu anti badai alias semprong yang kami bawa. Hari gini masih bawa semprong? Mana perlu pake minyak tanah, cahayanya juga nggak terang-terang amat. Nyusahin diri sendiri aja. Tapi yah nggak apalah daripada gelap-gelapan.
SEMPRONG
Sejam
trekking, kami sampai dan langsung mendirikan tenda. Tau tenda apa yang kami bawa?
Eiger Ambush! Mampus gede banget! Muat untuk 8 orang, diisi kami ber-4 plus
logistik aja masih luas. Enak sih luas bisa tidur telentang, eh terlentang. Bisa juga sambil salto ataupun ambil posisi kayang kalau mau. Tapi ngga enaknya yaa
kalau malem tidurnya bakalan dingin, secara kalau mau hangat yaa isi tendanya
sepas mungkin. Sampai dempet-dempetan nggak bisa gerak kalau perlu. Itu terjadi
gara-gara saat nyewa tenda sisa Eiger Ambush doang, yah mau gimana lagi, emang
nasib. Untung Idang yang bawa tendanya bukan saya. Mati koen, Dang!
Saat waktunya
makan malam, nah disini muncul kejadian konyol. Emang dasar nggak ada yang tahu cara pakai kompor portable yang pakai gas butana. Idang turun tangan, awalnya sih
meyakinkan, pasang gas ke kompor, besarin volume keluarnya gas, kasih api dan…
BOFFF! Kami semua dengan kompaknya teriak, "Dang, matiin apinya Dang!". Kecuali Idang, yakali dia manggil dirinya sendiri.
Api yang muncul besar banget, pasti gara-gara terlalu semangat saat besarin volume keluarnya gas. Dasar ini kerjaannya Idang. Cupu kau Dang! Setelah permasalahan kompor beres, kami akhirnya bisa makan, leganyaaa.
Api yang muncul besar banget, pasti gara-gara terlalu semangat saat besarin volume keluarnya gas. Dasar ini kerjaannya Idang. Cupu kau Dang! Setelah permasalahan kompor beres, kami akhirnya bisa makan, leganyaaa.
Ini
abis debus
Abis
makan ini tinggal tidur sebenernya, tapi ada aja kejadian konyolnya. Faisal
yang kebelet boker, karena nggak berani jauh-jauh dari tenda, boker cuma beberapa
meter dari tenda. Parah banget. Nah beberapa menit kemudian, ada rombongan
pendaki yang datang. Seorang pendaki lewat di dekat tempat Faisal masang ranjau itu,
dan dia berkata “kok basah ya?”. Langsung aja kami semua berpikir sama,
jangan-jangan dia nginjek ranjaunya Faisal. Saya ngakak guling-guling disitu. Sumpah!
Setelah
itu baru kami semua tidur. Tapi emang Faisal ini anaknya ada-ada aja. Tengah
malam saat yang lain tidur, ada anjing di sekitar luar tenda. Emang berisik
tuh anjing, ganggu orang tidur. Nah Faisal ini berniat ngusir anjing itu,
dia udah pegang pisau lipat untuk nakut-nakutin anjingnya. Tapi sebelum itu
terjadi Idang yang merasa aneh sama tingkah Faisal bangun dan mencegahnya, Faisal pun batalin niatnya tersebut.
Aduh ada-ada saja kau ini orang Medan.
Esoknya
saat matahari belum terbit, kami bangun dan bergegas lanjut ndaki. Ada yang
aneh nggak? Sumpah saya aja nggak nyangka bisa bangun sepagi itu, sebelum
matahari terbit lho. Hal yang nggak bisa saya lakuin kalau lagi ada di kota.
Beres packing kami caaaw menuju target hari itu, Lembah Kidang. Nama posnya mirip Idang, kurang ‘K’ doang. Saya jadi berpikir, jangan-jangan Idang ini jelmaan Kidang (kijang) yang menjelma jadi manusia. Hhm..
Beres packing kami caaaw menuju target hari itu, Lembah Kidang. Nama posnya mirip Idang, kurang ‘K’ doang. Saya jadi berpikir, jangan-jangan Idang ini jelmaan Kidang (kijang) yang menjelma jadi manusia. Hhm..
0 comments: